Makna Lagu Tak Ada Yang Abadi – Ariel Noah
Makna Lagu Tak Ada Yang Abadi – Ariel Noah. Memasuki akhir November 2025, lagu “Tak Ada Yang Abadi” yang dinyanyikan Ariel Noah tiba-tiba kembali menguasai daftar putar dan tangga lagu digital. Dirilis pertama kali pada 2020 sebagai single solo pertama Ariel setelah era Noah memasuki fase baru, lagu ini kini mengalami lonjakan streaming hingga lebih dari 500 persen dalam dua minggu terakhir. Video lirik resmi yang diunggah ulang dengan visual baru langsung ditonton puluhan juta kali, sementara ribuan video pendek berisi kutipan lirik dan cerita pribadi pendengar memenuhi linimasa. Di tengah tahun yang penuh perubahan besar, dari pandemi yang belum sepenuhnya usai hingga banyaknya perpisahan dan transisi hidup, pesan “tak ada yang abadi” terasa seperti cermin jujur yang tak lagi bisa dihindari. BERITA BASKET
Latar Belakang dan Proses Penciptaan: Makna Lagu Tak Ada Yang Abadi – Ariel Noah
Lagu ini lahir di masa karantina 2020, saat Ariel menghabiskan waktu sendirian di rumahnya di Bandung. Ia menulis “Tak Ada Yang Abadi” hanya dalam satu malam, terinspirasi dari refleksi panjang tentang hidup, karier, dan hubungan manusia yang ia lihat runtuh di sekitarnya. Awalnya lagu ini direncanakan masuk album Noah, tapi Ariel memutuskan merilisnya sebagai karya solo karena terasa terlalu personal. Aransemen akustik yang minimalis, hanya gitar, string section lembut, dan suara Ariel yang terdengar rapuh, sengaja dipilih agar pesan sampai tanpa distraksi. Saat dirilis, lagu ini langsung masuk nominasi lagu terbaik di beberapa ajang musik nasional dan menjadi salah satu karya paling banyak diputar di radio selama 2021. Ariel pernah bilang dalam sebuah sesi live bahwa lagu ini seperti surat terbuka untuk dirinya sendiri di usia 39 tahun: pengingat bahwa segalanya berubah, termasuk dirinya.
Makna Lirik: Penerimaan atas Ketidakkekalan: Makna Lagu Tak Ada Yang Abadi – Ariel Noah
Judulnya sudah tegas: tak ada yang abadi. Baris pembuka “semua yang hidup pasti akan mati, semua yang bertemu pasti berpisah” langsung memukul tanpa basa-basi. Ariel menggunakan bahasa yang sangat sederhana, hampir seperti percakapan, tapi justru itu yang membuat liriknya terasa berat. Reff “nikmati saja selagi ada, sebelum semua hilang” bukan pesan pesimis, melainkan ajakan untuk hidup di saat ini dengan penuh kesadaran. Bagian bridge “ku tak takut kehilangan, hanya tak mau menyesal” menjadi kutipan favorit yang paling sering dijadikan caption akhir-akhir ini. Lagu ini tidak bicara putus cinta secara spesifik, tapi tentang ketidakkekalan secara universal: persahabatan yang memudar, masa muda yang berlalu, bahkan kejayaan yang dulu dirasakan. Karena itu, ia mudah diterjemahkan ke berbagai situasi hidup, membuatnya terasa relevan terus-menerus.
Gelombang Viral 2025 dan Resonansi Sosial
Di 2025, “Tak Ada Yang Abadi” menjadi soundtrack bagi banyak perpisahan besar: kelulusan, pensiun, pindah kota, hingga kehilangan orang terkasih. Tren “Tak Ada Yang Abadi Challenge” di media sosial menunjukkan orang-orang merekam momen terakhir mereka bersama sesuatu atau seseorang, lalu menutupnya dengan potongan lirik lagu ini. Banyak yang mengaku menangis saat mendengarnya di konser solo Ariel bulan lalu, ketika ia menyanyikannya sendirian di tengah panggung gelap dengan hanya lampu sorot kecil. Psikolog dan konselor relationship bahkan mulai memasukkan lagu ini ke playlist terapi, karena dianggap membantu proses penerimaan dan letting go. Di saat banyak orang masih berusaha “mempertahankan” apa yang sudah seharusnya dilepas, lagu ini datang seperti teman yang berani berkata jujur: lepaskan, karena memang tak ada yang abadi.
Kesimpulan
Lima tahun setelah dirilis, “Tak Ada Yang Abadi” justru terasa semakin kuat dan relevan. Ariel berhasil menangkap esensi hidup yang paling dasar namun sering dilupakan: segalanya sementara. Bukan untuk membuat kita takut, tapi agar kita lebih menghargai setiap detik yang ada. Di akhir 2025 yang penuh liku ini, lagu sederhana berdurasi empat menit itu menjadi pengingat kolektif bahwa melepaskan bukan berarti kalah, melainkan bagian dari hidup yang tak terhindarkan. Dan ironisnya, satu-satunya yang terasa abadi justru lagu ini sendiri, karena selama manusia masih bernapas, pesan ketidakkekalan akan selalu dibutuhkan. Terima kasih, Ariel, karena berani menyanyikan kebenaran yang paling pahit dengan cara yang paling indah.



Post Comment